Berita HOAX tentang Hukuman Mati Penyair Iran
Situs NU Garis Lurus (NUGL) dan Portal Piyungan (eks PKS
Piyungan, PP) kemarin menyebar berita tentang penyair bernama Ahmad Nu'aimi
yang dieksekusi mati (digantung) hanya karena menulis syair berjudul "Nahnu
Sya'bun La Yastahyi" yang berisi tentang kejahatan Syiah. 'Penyair' ini
digantung di Irak yang pemerintahnya disebut PP sebagai "dipegang oleh
Syiah di bawah kendali Iran". (Tautan berita NU Garis Lurus:
http://www.nugarislurus.com/…/inilah-syair-heboh-ahmad-nuai…; Tautan berita
Portal Piyungan: http://www.portalpiyungan.com/…/gara-gara-syairnya-membongk…)
Berita PP merujuk ke situs NUGL. (Agaknya mereka berdua, juga
situs lain yang 'begituan', suka saling merujuk satu sama lain.) Sementara
berita di NUGL tidak jelas sumbernya, dari situs atau media apa di luar negeri
dia merujuk. Tautan berita ini sudah disebar ke mana-mana (FB, Twitter,
Whatsapp). Para fans dan penggembira kedua situs itu bersorak dan merespon
dengan mengutuk-utuki Syiah (sebagian muncul di beranda FB dan Twitter saya).
Karena itu saya harus meluruskannya di sini.
Dengan berbekal 'common sense' ditambah sedikit daya kritis
serta sedikit wawasan tentang jurnalisme, sesungguhnya kebenaran berita itu tak
sulit untuk diragukan. Pertama, jelas, soal validitas sumbernya. Berita
sekrusial hukuman mati umumnya akan menyedot perhatian internasional, atau
setidak-tidaknya diberitakan di media-media besar profesional, apalagi kalau
beritanya janggal (dihukum mati 'hanya' karena syair). Berita NUGL dan PP dalam
soal ini sudah cacat. (Beberapa hari lalu situs Republika Online keliru
menyebut Iyad al-Baghdadi [kalau Anda rajin twitteran dan mengikuti berita Arab
akan tahu nama ini] sebagai simpatisan ISIS hanya karena namanya mirip dengan
'khalifah' ISIS. Kalau media 'sebesar' Republika Online saja bisa terjatuh
dalam kesalahan fatal seperti itu, apalagi situs-situs yang 'begituan'.)
Kedua, berita sekrusial hukuman mati semestinya menyebutkan
si terhukum melanggar undang-undang apa; dia diadili dan lalu dieksekusi kapan
dan di mana persisnya; tak ketinggalan sedikit biografi si terhukum itu. Dalam
hal ini, berita NUGL dan PP juga cacat. Ketiga, kalaupun berita itu benar
(sekali lagi, kalau memang benar), atribusi pemerintah Irak sebagai "Syiah"
adalah overgeneralisasi. Kepala pemerintahan Irak saat ini memang orang Syiah,
tapi kabinet dan parlemen Irak diisi oleh orang-orang Syiah dan Sunni dalam
jumlah yang hampir berimbang. Rasio Syiah-Sunni di Irak sekitar 55:45 persen
dari total orang Islam di Irak. Artinya, penjatuhan hukuman mati itu, bila
dilakukan atas nama negara, adalah tanggung jawab bersama pemerintah Irak yang
berisi Syiah juga Sunni.
Dengan tambahan tenaga untuk mau repot menelusuri
sumber-sumber berbahasa Arab juga bisa didapati bahwa berita itu hoax. Pertama,
ketua himpunan penulis dan penyair Irak (Ittihad al-Kuttab al-'Iraqi), Fadil
Thamir, menyatakan berita itu tak benar. Dia juga menyatakan bahwa mestinya
kalau ada berita sepenting itu organisasinya sudah tahu. Selain itu dia juga mengatakan
bahwa berita itu mula-mula menyebar di Twitter dan kemudian diberitakan di
beberapa situs berbahasa Arab (yang agaknya kemudian dikopas NUGL dan PP).
Lebih penting lagi, Fadil belum pernah tahu ada 'penyair' bernama Ahmad Nua'imi
itu. (Cek tautan berita berbahasa Arab ini: (1)
http://www.okaz.com.sa/2…/Articles/20151228/article41303.htm; (2)
http://www.elwatannews.com/news/details/886792; (3)
http://www.youm7.com/…/%D8%B1%D8%A6%D9%8A%D8%B3-%D…/2512521…))
Kedua, dari situs Iran, gambar yang dipakai dalam berita NUGL
dan PP itu ternyata adalah gambar hukuman gantung terhadap pembunuh berantai 5
perempuan dan, lebih penting lagi, itu kejadian tahun 2011 di Qazvin, Iran,
bukan di Irak tahun 2015. Sumber gambarnya adalah situs ini, yang menampilkan siapa
yang memfoto kejadian itu dan kapan beritanya diunggah (saya tak bisa bahasa
Persia; maka saya membacanya dengan bantuan google translate):
http://www.niksalehi.com/newspaper/view/025155.php. Jadi, sudah cacat dalam
soal validitas sumber berita, NUGL dan PP (juga situs Arab yang dikopasnya)
keliru mengatribusikan gambarnya.
***
Berita hoax semacam ini, yang diimpor dari Arab dan di-frame
untuk mengobarkan konflik Sunni-Syiah di Indonesia sudah beberapa kali (atau
banyak kali) menyebar. Berita-berita itu ditelan begitu saja oleh para fans
NUGL, PP, dan situs-situs 'begituan'. Bayangkan saja efek fitnah yang
diakibatkannya ketika berita begitu disebar luas melalui jejaring sosial dan
grup-grup whatsapp, lalu diimani tanpa kritis--dan kita naasnya tak bisa
mengontrolnya. Sudah tak bisa dikontrol dan membongkarnya tak mudah, para fans
‘begituan’ enak saja menyebar berita hoax dengan jempolnya. Ironisnya, para
fans yang terbiasa mengatakan "hadis ini disahihkan/didha'ifkan
al-Albani", juga yang membanggakan ilmu hadis yang punya prosedur kritis
untuk melakukan validasi riwayat dan reliabilitas perawi ("jarh wa
ta'dil") tiba-tiba tumpul ketika menerima berita 'begituan'.
Saya, hamba yang fana ini, berharap ada orang-orang yang
punya upaya khusus dan fokus mengungkap kabar-kabar hoax. Tidak mudah, dan
butuh tenaga berlebih dan merepotkan memang. Namun demikian, saya berharap
semoga waktu yang diluangkan orang-orang itu untuk membongkar dusta mendapat
limpahan berkah Tuhan.
---------
PS: Ini baru soal kebenaran beritanya. Adapun soal kebenaran
data sejarah yang menjadi isi ‘syair’ di berita itu perlu pembahasan lain yang
lebih panjang.
Sumber: ditulis oleh mas Azis Anwar Fachrudin di akun facebook nya
Post a Comment for "Berita HOAX tentang Hukuman Mati Penyair Iran"