Metode Bela Negara Menurut Syaikh Aziz Al-Idrisi Maroko dalam Konferensi Ulama Thariqah Internasional di Pekalongan
Syaikh Azis al-Kubaithi al-Idrisi adalah pembicara kedua di
Konferensi Ulama Thariqah yang bersal dari Maroko dengan tema “Membangun Negara
dengan Mendirikan Jiwa Manusia Berbangsa”. Menurut Syaikh Aziz, metode bela
negara diaplikasikan melalui "Membersihkan qalbu (hati) dan mensucikan
perbuatan". Jika hati tidak baik maka seluruh tubuh pun tidak baik,
sepertimana disabdakan oleh Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam.
Ketika mukmin berdosa maka akan ada titik di qalbunya. Jika
berketerusan maka bertambahlah titik itu. Lama-kelamaan hati akan menjadi
gelap. Sebagaimana pernah disabdakan pula oleh Rasulullah Saw. Jika gelap maka
lama-kelamaan hati menjadi sakit, sebagaimana disebutkan dalam al-Quran,
"fi qulubihim maradhun fa zadahumullahu maradha walahum 'adzabun alimun
bima kanu yakdzibun". Membersihkan hati haruslah melalui pendidikan dan
latihan, agar hati menjadi terang. Dan selanjutnya akal berfikir dengan jernih.
Kenapa memulai pembentukan Negara dari jiwa warga negara yang
sehat secara personal? Karena Allah tidak akan mengubah suatu kaum jika kaum
itu sendiri tidak mengubahnya. Untuk mengubah suatu kaum memang harus
memulainya dari jiwa masing-masing pembentuk kaum itu.
Jika yang sehat adalah jiwa yang memulai dari kesehatan hati
(qalbu). Darimana harus memulainya? Menjauhi maksiat. Nabi shalallahu'alaihi wasallam bersabda: "Jika
seorang melakukan maksiat, akan muncul satu titik hitam di hati." Makin
banyak maksiat yang ia lakukan, makin hitam pula qalbunya. Apa bahayanya? Jika
qalbu kian hitam, maka ia adalah qalbun maridh (hati yang sakit) yang sudah
gelap dari cahaya kebenaran. Ia kesulitan menerima/melakukan amal.
Bagaimana cara memperbaiki qalbu yang sudah seperti ini,
dimana hati telah tenggelam dalam kegelapan? Hati yang sudah terkunci ini
memang harus secara sungguh-sungguh dimasukkan cahaya keimanan sampai ia
terbuka. Setelah cahaya iman masuk dan sudah mulai terbuka hatinya, maka harus
terus terisi sampai hitam dalam kalbu kalah dengan cahaya.
Selain hati, akal adalah wadah kedua keimanan. Jika ia
terlalu banyak melakukan maksiat, makin hitam isi kepalanya. Akal adalah tempat
khawatir, suudzan, deskripsi buruk, namun disamping itu akal adalah tempat
tadabbur, berfikir dan tafakkur.
Jika akal terlalu sering dipakai untuk melakukan hal-hal
buruk, maka ia akan kian hitam dan gelap. Semakin ia gelap, maka semakin sulit
seseorang untuk berfikir waras atau mengontrol dirinya. Jika akal sudah
dipenuhi syahwat, dan sulit berfikir waras, seluruh anggota badan akan tunduk
dan melakukan keinginan akal. Tidak hanya itu, akal yang sudah tenggelam dalam
gelimang maksiat, maka akan sulit menerima saran, apalagi Nur Ilahi.
Apa yang harus dilakukan ketika akal sudah jauh dalam
kegelapan seperti ini? Lawanlah prasangka buruk dan meminta perlindungan
melalui tadabbur. Dimulai dari husnudzan kepada sesama Nuslim, kemudian seluruh
umat manusia; lantas bertadabbur akan dirinya sendiri. Kemudiam akal dipakai
untuk tadabbur tentang Allah dan sunnatullah. Langkah ini akan memulai
pembersihan akal dari kegelapan. "Hasilnya adalah akal yang thahir
(bersih), yaitu akal yang fana di dalam kesaksian, dan hadir dalam
kebersamaan." Pungkas Syaikh Aziz al-Kubaithi.
Sumber: akun Fb om Syaroni As-Samfuriy
Post a Comment for "Metode Bela Negara Menurut Syaikh Aziz Al-Idrisi Maroko dalam Konferensi Ulama Thariqah Internasional di Pekalongan"