Langkah Politik Cerdas 'ala Gus Dur
Kelompok Katolik binaan Pater Beek banyak bertebaran di
berbagai lini vital: dari organisasi think tank Orde Baru hingga militer. CSIS
disebut sebagai kantong terkuat, sedangkan di struktur militer jaringan binaan
Beek terpusat di tangan LB. Moerdani. CSIS tersambung kuat dengan Pak Harto
karena di dalamnya ada Ali Moertopo dan Benny Moerdani. Matarantainya adalah
Beek>CSIS>Benny>Ali>Pak Harto.
Yang paling cemerlang adalah langkah yang dilakukan Gus Dur.
Dalam strategi perang, menaklukkan musuh dengan menjadikannya sahabat adalah
pencapaian paling cerdas dan strategis. Taktik lain yang dilakukan Gus Dur
adalah "mengetahui kekuatan lawan bukan dari desas-desus, melainkan
langsung masuk ke sarangnya."
Gus Dur menaklukkan jenderal paling ditakuti, Leonardus Benny
Moerdani, bukan dengan melawannya secara frontal, tapi menggandeng tangannya,
menggiringnya masuk ke pesantren-pesantren, sambil menjelaskan, "Ini lho
kaum muslimin Indonesia itu, damai. Bukan yang mau memberontak pakai label
DI/TII maupun yang terlibat dalam kasus Woyla, Komji, dll." Jenderal
katolik itu dipertemukan dengan Kiai As'ad Syamsul Arifin dan Kiai Mahrus Ali
Lirboyo, dua pejuang 45. Kita tahu, jenderal model Benny itu agak sungkan kalau
berhadapan dengan eksponen 45. Di hadapan Benny, Kiai Mahrus Ali ceplas-ceplos
berkata: "Pak Jenderal, kami ini jangan disuruh KB. InsyaAllah keturunan
kami ini baik-baik. Maling dan penjahat itu saja yang disuruh KB."
Kiai Mahrus terkekeh. Benny manggut-manggut.
Gus Dur satu langkah berhasil merangkul Jenderal Benny,
hingga Pak Harto mulai cemas. Bayangkan, di pertengahan 1980-an itu Ketua Umum
PBNU dengan jutaan pengikut luntang lantung mesra dengan Panglima Angkatan
Bersenjata. Apa jadinya jika dua kekuatan hijau ini bersatu? Tak berselang
lama, Pak Harto mulai mempreteli kekuatan Benny dengan memberhentikannya
sebagai Pangab medio 1987.
Strategi menaklukkan lawan dengan cara merangkul dan
menjadikannya sahabat ini saya kira yang membuat Gus Dur punya informasi
unlimited dari sumber A1. Dari mulut Benny, tampaknya, GD banyak memperoleh
info soal jaringan katolik, peta kekuatan internal militer dan kompetisi
jenderal hijau vs merah putih. Soal tragedi pembantaian guru ngaji di
Banyuwangi, 1998-1999, Gus Dur dengan lantang menyebutnya sebagai operasi Nagahijau.
Kemungkinan besar infonya datang dari Benny atau jaringannya.
Karena telah mengetahui jerohan militer melalui Benny, maka
ketika Gus Dur menjadi presiden beliau dengan taktis mendorong supremasi sipil
dengan mengembalikan militer ke barak dan merealisasi tahap pemisahan TNI dan
Polri. Di era presiden Gus Dur pula, beliau berusaha menghentikan kompetisi
jenderal merah putih vs jenderal hijau dengan mengangkat jenderal bersih dan
netral bernama Agus Wirahadikusumah sebagai Pangkostrad, meski akhirnya jenderal
ini meninggal di Makkah, menyusuh kematian Jaksa Agung bersih bernama
Baharuddin Lopa di kota yang sama.
Bagaimana langkah Gus Dur bermain di badan intelijen. Pertama
merombak tatanannya dan namanya, kedua, menyingkirkan pengaruh intelijen didika
dan titipan Orde Baru serta menempatkan Brigjend Arie J. Kumaat, sosok yang
lumayan bersih, sebagai pimpinan lembaga intelijen yang baru.
Hanya Polri yang ruwet ditata. Silahkan cek riyawat bagaimana
alotnya Gus Dur merombak pucuk pimpinan Polri hingga dimainkan oleh DPR sebagai
dayatawar politik dengan pion bernama S. Bimantara.
Strategi menaklukkan lawan dengan cara menjadikannya sahabat
sebelumnya juga dilakukan Gus Dur dengan membawa Mbak Tutut keliling Jawa,
1996-an. Ini langkah taktis memomong anak untuk menaklukkan hati bapak.
Hahaha....Lihat, Pak Harto yang pada Muktamar Cipasung, 1994, ingin
menyingkirkan Gus Dur dan menjinakkan NU tapi gagal kemudian mulai melunak dan
mau menerima kepengurusan PBNU di bawah kepemimpinan Gus Dur.
Yang luar biasa, di saat yang lain mencaci maki Pak Harto
manakala ia jatuh, dan semua penjilatnya menjauhinya, Gus Dur lah yang menemani
hari-hari pilu tersebut. Gus Dur bukan menghibur, Gus Dur hanya berusaha
menegakkan kepercayaan diri Pak Harto sebagai manusia Jawa, manusia Indonesia.
Lalu bagaimana dengan strategi "mengetahui kekuatan
lawan bukan dari desas-desus, melainkan langsung masuk ke sarangnya."
Coba, silahkan lihat keterlibatan Gus Dur sebagai anggota Shimon Peres
Institute, Israel. Anggota lembaga ini banyak: dari cendekiawan, anggota
Knesset (parlemen Israel), jenderal, hingga mereka yang punya jaringan di AIPAC
(itu lhooo, komite lobi Zionis di AS). Lha, dalam hal ini, saya malah
membayangkan Gus Dur masuk ke benteng musuh dengan santai, disambut jabat
tangan lawan, dan dengan santai Gus Dur sibuk memetakan kekuatan lawan sambil menyeruput
kopi.
Kabarnya, saat berkunjung ke Israel, Gus Dur ditemui Ehud
Barak, PM Israel. Jagal rakyat Palestina selain Ariel Sharon dan Ben Netanyahu
itu bertanya, "Bagaimana cara ampuh menghentikan perlawanan rakyat
Palestina. Tuan punya saran?"
"Gampang, Tuan Barak. Kembalikan kemerdekaan mereka.
Selesai sudah!" jawab Gus Dur santai.
----
Lahul Fatihah.
* Ditulis oleh gus Rijal Mumazziq Z di akun FB nya
Post a Comment for "Langkah Politik Cerdas 'ala Gus Dur"