Apakah Ruh Bisa Mati Ataukah Hanya Badan Saja?
Para ulama berbeda pendapat tentang masalah ini,
segolongan ulama menyatakan bahwasanya ruh akan mati, ia akan mencicipi
kematian karena ruh juga masuk kategori nafsu. Hal ini berdasarkan frman Allah
Ta’ala dalam surat Ali Imaran ayat 185:
كُلُّ نَفْسٍ
ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan
Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah
beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
Mereka juga mengatakan, pendapat ini juga berdasarkan
firman Allah Ta’ala di dalam surat ar-Rahman ayat 26 – 27 yang menyampaikan
bahwasanya tidak ada yang abadi selain Allah Ta’ala.
كُلُّ مَنْ
عَلَيْهَا فَانٍ . وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap
kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
Juga firman Allah dalam surat al-Qashash ayat 88:
وَلا تَدْعُ
مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لا إِلَهَ إِلا هُوَ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلا
وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah,
Tuhan apapun yang lain. tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap
sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya
kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
Ulama yang lain menyatakan bahwasanya ruh tidak akan
mati, yang merasakan kematian hanyalah jasad, sedangkan ruh diciptakan untuk
selamanya (baqa’). Pendapat ini didasarkan pada hadits-hadits yang menyampaikan
tentang ruh-ruh yang mendapatkan kenikmatan setelah kematian, juga
hadits-hadits yang menyampaikan tentang ruh-ruh yang mendapatkan adzab (siksa)
setelah kematian. Seandainya ruh mengalami kematian, maka kenikmatan juga siksa
setelah kematian akan terputus.
Pendapat ini di dasarkan atas firman Allah Ta’ala di
dalam surat Ali Imran ayat 169 - 170:
وَلا
تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ
عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ . فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلا
خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di
jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat
rezki.
Mereka dalam Keadaan gembira disebabkan karunia Allah
yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap
orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Di dalam ayat di atas, secara pasti memberikan sebuah
pemahaman bahwasanya arwah-arwah orang-orang yang meninggal di jalan Allah
telah berpisah dari jasad-jasadnya, dan mereka telah merasakan kematian.
Dari kedua pendapat di atas, menurut syaikh Ibnu
al-Qayyim di dalam kitabnya ar-Ruh, hendaknya orang berkata, bahwasanya
yang disebut dengan kematiannya ruh adalah terpisahnya ia dengan jasad serta
keluarnya ruh dari badan. Jika yang dimaksudkan dengan kematian ruh adalah
sebagaimana pengertian ini, maka ruh juga telah merasakan kematian. Tetapi
apabila yang dimaksudkan dengan kematian adalah lenyapnya ruh dan tidak ada
sama sekali, maka menurut pengertian ini ruh tidak mengalami kematian. Tetapi
ia adalah tetap adanya mulai dari penciptaannya di dalam kenikmatan atau dalam
ketersiksaan.
Syaikh al-Bajuri di dalam kitab Tuhfatul Murid
syarh Jauharoh at-Tauhid menjelaskan tentang apa sebenarnya ruh itu?, beliau
menyampaikan; ulama madzhab Ahl as-Sunnah wa al-Jamaah, baik dari kalangan ahli
(kalam) teologi, ulama ahli hadits, juga para Shufiyyah semuanya menyatakan
bahwasanya ruh adalah jisim yang lembut yang terperangkap di dalam badan
sebagaimana terperangkapnya air di dalam kayu yang masih hijau.
Ketika menjelaskan firman Allah Ta’ala dalam surat
al-Qashash ayat 88 “Kullu syain halikun illa wajhah” (Setiap segala
sesuatu akan binasa kecuali Dzat Allah), syaikh al-Bajuri menyampaikan; maksud
dari ayat tersebut adalah pernyataan bahwa segala sesuatu selain Allah Ta’ala
telah di tetapkan akan binasa, hanya saja para ulama telah memberikan
penjelasan bahwasanya ada pengecualian dari ayat tersebut, sebagaimana yang
telah disebutkan di dalam banyak hadits. Yang termasuk di kecualikan atau tidak
akan binasa atau rusak di antaranya adalah; Ruh, tulang ekor, jasad para Nabi,
orang-orang yang mati syahid, Arsy, Kursy, surga, neraka, bidadari, dan lain
sebagainya.
Imam as-Suyuthi telah merangkumkan makhluk-makhluk
yang dihukumi tidak akan rusak di dalam sebuah syair:
ثمانية حكم البقاء يعمها ** من الخلق والباقون في حيز
العدم
Delapan hal yang dihukumi kekal pada umumnya, dari
makhluk dan yang lain dari hal tidak terdapat disuatu tempat
هي العرش والكرسي نار وجنة ** عجب وأرواح كذا اللوح والقلم
Ia adalah Arsy, al-Kursy, neraka dan surga, tulang
ekor, arwah, juga al-Lauh (papan) dan al-Qolam.
*Oleh Kang As'ad
Post a Comment for "Apakah Ruh Bisa Mati Ataukah Hanya Badan Saja?"