Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menulis Surat Kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam



Ibnu Samhun an-Nasikh menceritakan tentang keadaannya dahulu ketika beliau sedang ditawan oleh sekelompok pasukan dalam waktu yang cukup lama. Ketika itu ia tidak memiliki harta sedikit pun untuk menebus kebebasan dirinya, juga ia tidak memiliki keluarga yang mampu menolongnya.

Melihat kondisi dirinya yang demikian, ia kemudian berfikir keras tentang apa yang harus beliau lakukan agar segera dibebaskan dari penawanan tersebut. Setelah beberapa waktu ia berfikir, tiba-tiba terlintas di fikirannya untuk mengadukan permasalahan yang saat itu sedang beliau alami ke pada Nabi Muhammad shalalalhu’alaihi wasallam melalui sebuah surat.

Kebetulan di kota yang beliau ditawan di dalamnya, banyak terdapat para saudagar muslim yang hendak pergi menuju Madinah. Setelah beliau selesai menulis suratnya, beliau segera meminta tolong kepada salah satu saudagar tersebut agar bersedia menyampaikan suratnya tersebut kepada Nabi shalallahu’alaihi wasallam dengan menggantungkan surat tersebut di Makam Nabi shalallahu’alaihi wasallam.

Mendapat permintaan dari Ibnu Samhun demikian, salah seorang sudagar bersedia memenuhi permintaannya tersebut. Sesampainya saudagar tersebut di kota Madinah, ia segera menuju ke Makam Nabi shalallahu’alaihi wasallam untuk memenuhi permintaan Ibnu Samhun menggantungkan suratnya di makam Nabi.

Setelah para sudagar kembali lagi dari perjalanannya dan sampai di negri di mana Ibnu Samhun ditawan, tiba-tiba beberapa hari kemudian salah satu utusan dari Raja menemui beliau dan membawa beliau ke hadapan Raja.

“Sesampainya di hadapan Raja, aku mendapati seseorang yang tidak aku  kenal sedang berada di hadapan Raja. Dari wajah dan postur tubuhnya, aku memperkirakan ia adalah orang yang berasal dari luar jazirah Arab”.

Kemudian Raja bertanya kepada orang asing tersebut; “Apakah orang ini yang engkau maksudkan?”.

“Aku tidak tau persis”, jawab orang asing tersebut.

“Kemudian orang asing tersebut segera mendekatiku lalu bertanya siapa namaku. Setelah aku memperkenalkan diriku kepadanya, ia segera memintaku untuk menulis sesuatu di dalam sebuah kertas agar ia bentuk tahu tulisanku”.

“Mendengar permintaannya, aku segera menulis sesuatu di dalam sebuah kertas yang telah disediakan.  Ketika orang asing itu telah melihat tulisanku, ia berkata; “Iya, ini dia orang yang aku maksudkan””.

“Setelah berkata demikian, orang asing tersebut segera membebaskanku dengan membayar sejumlah uang tebusan yang cukup besar. Setelah aku dibebaskan, orang asing tersebut segera membawaku pergi meninggalkan negri kafir tempat aku ditawan sebelumnya”.

“Di tengah perjalanan keluar dari negri tersebut, aku yang dihinggapi rasa penasaran segera menanyainya tentang sebab apa ia bersedia membebaskan diriku?”.

Mendengar pertanyaanku, orang asing tersebut menjawab; “Pada tahun ini aku telah melaksanakan ibadah haji, setelah aku selesai melaksanakan haji, aku segera pergi menuju Madinah untuk berziarah ke Makam Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam”.

“Setelah aku sampai di Makam Nabi shalallahu’alaihi wasallam dan melakukan ziarah, aku lalu duduk di dekat Makam beliau. Ketika aku duduk tersebut, terlintas di pikiranku dan aku berkata kepada diriku sendiri; Aku senang sekali jika seandainya Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam saat ini masih hidup lalu beliau menemuiku dan memerintahkan sesuatu agar aku lakukan, maka aku pasti akan melakukannya”.

“Ketika aku sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba di Makam Nabi shalallahu’alaihi wasallam aku melihat sebuah kertas yang tergantung di sana. Ketika melihat kertas tersebut, aku berkata pada diriku; Rasulullah telah melihatku dan telah memerintahkan diriku untuk melakukan sesuatu lewat kertas tersebut. Setelah berkata demikian, aku segera mengambil kertas tersebut dan membaca tulisan yang ada di dalamnya”.

“Dan ternyata di dalam kertas tersebut, aku mendapati tulisanmu juga namamu di dalam kertas tersebut, engkau meminta pertolongan kepada Nabi shalallahu’alaihi wasallam agar engkau dibebaskan dari penawanan”.

“Setelah selesai aku membaca kertas tersebut, aku segera pergi meninggalkan Madinah untuk menuju negri di mana engkau ditawan. Sesampainya di negri tersebut, aku segera mencarimu di tempat penawanan, dan setelah engkau dibawa menuju ke hadapan Raja dan engaku menuliskan sesuatu ke dalam kertas itu, aku tahu bahwasanya dirimulah yang telah menulis surat kepada Nabi shalallahu’alaihi wasallam meminta tolong kepada beliau”.


“Dan segeralah aku membebaskanmu dengan membayar sejumlah uang tebusan yang ini semua aku lakukan untuk Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam”.



Post a Comment for "Menulis Surat Kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam"