Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Para Syuhada Tidak Mati


Di dalam al-Qur’an al-Karim, Allah Ta’ala melarang orang-orang berkata terhadap mereka yang gugur di jalan Allah (syaahid) dengan sebutan telah meninggal, mereka adalah hidup tetapi kita tidak menyadarinya. Firman Allah tersebut adalah surat al-Baqarah ayat 154:

وَلا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لا تَشْعُرُونَ

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.

Di dalam ayat yang lain yaitu di dalam surat Ali Imran ayat169, Allah Ta’ala juga menyampaikan hal yang senada, yaitu orang-orang yang meninggal di jalan Allah (syahid) mereka tetap hidup dan di sisi Tuhannya dan mendapatkan rizki, ayat tersebut adalah:

وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.

Prof. Dr. Quraish Shihab salah satu ulama ahli tafsir kebanggaan Indonesia ketika menjelaskan ayat dalam surat al-Baqarah ayat 154 tersebut di dalam kitab tafsirnya al-Mishbah, beliau menyampaikan; Jangan mengatakan mereka mati; tetapi katakanlah mereka syahid, karena sebenarnya mereka hidup bahagia menyaksikan kamu dari alam barzakh serta hidup menyaksikan ganjaran Allah yang akan mereka dapatkan setelah kebangkitan mereka dari kubur.

Mereka hidup bahagia di sisi Tuhan mereka, bukan di sisi kamu wahai penduduk bumi. Mereka hidup di satu alam yang bukan alam dunia kamu.

Anda jangan menduga bahwa hidup yang dimaksud itu adalah nama baik yang disandangkan setelah kematian seperti pendapat sementara orang yang menduga  diri mereka rasional. Bukan itu, karena jika demikian, sungguh tidak hidup pahlawan yang tak dikenal. Tidak!, yang gugur dijalan Allah itu benar-benar hidup di alam lain yang berbeda dengan alam kita yang masih sedang menarik dan menghembuskan nafas.

Hidup ditandai antara lain oleh gerak dan tahu. Jangan menduga gerak mereka telah dicabut atau pengetahuan mereka telah tiada. Mereka yang gugur di jalan Allah itu tetap bergerak, bahkan lebih leluasa dari gerak manusia dipermukaan bumi ini. Mereka tahu lebih banyak dari apa yang dieketahui oleh yang beredar darahnya dan berdenyut jantungnya, karena di alam sana mereka telah melihat dan mengetahui nomena bukan fenomena seperti yang diketahui oleh penduduk dunia. Sungguh mereka hidup, kehidupan yang tidak dapat dijelaskan hakekatnya, karena kehidupan mereka alami tidak disadari atau dirasakan oleh selain mereka. Tetapi kamu yang berada di dunia tidak merasakan hidup mereka.



image: gamingunion.net



Imam al-Alusi ketika menjelaskan tafsir surat al-Baqarah ayat 154, beliau menyampaikan; yang disebuy syuhada (orang-orang yang mati syahid) adalah orang-orang yang meninggal dalam rangka menjalaankan ketaatan kepada Allah, juga orang-orang yang meninggal sebab meninggikan kalimat-Nya.

Beliau juga menyampaikan bahwasanya kehidupan orang-orang yang mati syahid, tidak bisa diketahui dengan panca indera, karena kehidupan mereka adalah kehidupan barzakh, yang mana kehidupan barzakh tidak dapat diketahui hakekatnya kecuali dengan perantaraan wahyu dari Allah Ta’ala.

Tentang masalah kehidupan bagaimana yang dialami oleh para syuhada setelah mereka meninggal, para ulama berbeda pendapat. Sebagian besar ulama di kalangan salaf menyatakan bahwasanya mereka hidup dengan jasad juga ruh, tetapi kita tidak dapat mengetahui kondisi mereka sebenarnya.

Pendapat ini mereka dasarkan dengan firman Allah Ta’ala dalam surat Ali Imran ayat 169; ‘inda Rabbihim yurzaqun (mereka mendapatkan rizki di sisi Tuhan mereka). Seandainya kehidupan yang mereka alami adalah kehidupan yang hanya bersifat ruhaniyyah, maka yang demikian tidak hanya tertentu bagi mereka, maksudnya makhluk lain yang hanya dianugrahi hidup secara ruhani saja juga ada sebagaimana Malaikat. Juga, tidak ada hal tertentu yang membedakan mereka dengan yang selain mereka.

Sebagian ulama kalangan salaf lainnya menyatakan, bahwasanya Firman Allah yang menyatakan bahwasanya mereka mendapatkan rizki tidak menafikan kondisi mereka yang hidup hanya dengan kehidupan ruhani saja (tanpa jasad). Pendapat ini mereka dasarkan dengan sebuah riwayat yang disampaikan oleh imam al-Hasan bahwasanya para syuhada hidup di sisi Allah Ta’ala, arwah mereka mendapatkan rizki sehingga dengan rizki tersebut mereka mendapatkan kenyamanan juga kebahagiaan, sebagaimana juga diriwayatkan bahawasanya arwah para pembantu Fir’aun juga mendapatkan siksaan setiap pagi dan sore. Jadi, bisa mendapatkannya para ruh syuhada tersebut sebuah kenyamanan, ini adalah juga merupakan bentuk rizki dari Allah Ta’ala.

Sedangkan yang membedakan mereka dengan yang lain, tidak hanya dianugrahinya kehidupan semacam ini, tetapi juga berupa tambahnya kedekatan mereka kepada Allah Ta’ala, juga tambahnya kedudukan juga kemulyaan mereka.

Salah satu faedah disampaikannya kabar bahwasanya orang-orang yang mati syahid hakekatnya adalah hidup, yaitu sebagai bantahan terhadap ucapan orang-orang musyrik yang menyatakan; “para sahabat-sahabat Muhammad itu telah membunuh diri mereka sendiri, mereka keluar dari dunia dengan tanpa faedah, mereka telah menyia-nyiakan umur mereka”. Dengan turunnya ayat tersebut, seakan-akan al-Qur’an ingin memberikan bantahan; “Tidak sama sekali seperti yang kalian kira tersebut, mereka hakekatnya adalah hidup.”

Meskipun sebagian besar ulama juga para ulama ahli tafsir bersepakat bahwsanya para syuhada hidup dengan ruh juga jasadnya, tetapi mereka berbeda pendapat mengenai masalah jasad mereka.

Sebagian ulama menyatakan bahwasanya para syuhada hidup dengan jasad meraka yang mereka berjuang dengan jasad tersebut hingga mendapatkan syahid, hal ini bagi Allah Ta’ala adalah bukan sebuah hal yang mustahil.

Sebagian ulama menyatakan, bahwasanya para syuhada tersebut hidup di dalam jasad lain yang menyerupai burung. Pendapat ini disarkan pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh syaikh Abd ar-Razak, Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda;

 إن أرواح الشهداء في صور طير خضر معلقة في قناديل الجنة حتى يرجعها الله تعالى يوم القيامة

Sesungguhnya arwah para syuhada itu di dalam jasad yang menyerupai burung yang berwarna hijau, yang terhubung dengan lampu-lampu surga, sehingga Allah Ta’ala mengembalikan arwah-arwah tersebut pada hari kiamat.

Di hadits lain yang diriwayatkan oleh imam Malik, at-Tirmidzi, Ahmad, juga an-Nasai, juga Ibnu Majah disebutkan, bahwasanya Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda;

إن أرواح الشهداء في أجواف طير خضر تعلق من ثمر الجنة أو شجر الجنة

Sesungguhnya arwah para syuhada berada di dalam burung hijau yang bergantungan di daun-daun surga atau di pohon surga

Tetapi di dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim yang merupakan hadits paling sahih setelah hadits imam Bukhari disebutkan;

إن أرواح الشهداء عند الله في حواصل طيور خضر تسرح في أنهار الجنة حيث شاءت ، ثم تأوي إلى قناديل تحت العرش

Sesungguhnya arwah para syuhada di sisi Allah berada pada sekelompok burung hijau yang burung-burung tersebut beterbangan di sungai-sungai surga semau mereka, kemudian menuju lampu-lampu yang berada di bawah Arsy.

Dan sebagian ulama lain menyampaikan bahwasanya arwah para syuhada berada pada jasad lain yang persis menyerupai jasad mereka ketika gugur fi sabilillah sehingga syahid.



Syaikh al-Alusi memiliki pendapat lain berkenaan dengan jasad para syuhada ini, beliau berpendapat bahwasanya jasad para syuhada ketika mereka telah syahid adalah jasad yang sama persis ketika mereka meninggal, hanya saja mereka mendapatkan anugrah dari Allah Ta’ala bisa bergerak secepat terbangnya burung-burung hijau kemana pun mereka mau pergi. (Kang As'ad)

Post a Comment for "Para Syuhada Tidak Mati"